“Kutahu kalau kamu begitu mencintaiku ketika kulihat binar dimatamu bercayaha disaat kamu menatap mataku, teduh dan juga hangat. Kutahu kamulah tempatku untuk berlindung serta bersandar.” 

“Disaat mentari telah datang, aku melihat wajahmu di beningnya embun pagi yang menggantung indah di dedaunan. Ketika itulah aku merasa kalau aku semakin saying kepadamu.” 

“Sejak dari pertama kita bertemu, adanya getaran di hati ini walau sekejap. Disaat kita saling mengenal sudah membingkai sebuah kenangan manis. Meskipun tidak bisa untuk bersama tetapi bayangmu selalu menghiasi tiap hari–hariku. Meskipun ada jarak uang memisahkan kita, tetapi rasa sayang ku ini tetap ada walau Cuma di hati saja.” 

“Untuk apalah kau berbicara cinta, jikalah dihatimu tidak terbuka. Untuk apa juga bicara soal cinta, jikalah di matamu tak ada cahaya. Untuk apa lagi berbicara cinta, jikalah hanya akan membuat penderitaan. Bagiku kau adalah SANG CINTA” 

“Aku sangat ingin berdekatan dirimu. Sampai tidak ada lagi ada jarak yang akan memisahkan kita. Sampai tercampur tetesan air mata kebahagiaan, dan pasti untuk selamanya.” 

“Saat pertama kali bertemu, dirimulah yang selalu hadir dalam mimpiku. Hari-hatiku seolah bersama bayanganmu, betapa inginnya untuk selalu dekat bersamamu.”

“Cinta itu adalah selalu saling memiliki. Kasih sayang itu adalah selalu saling memberi. Cinta itu adalah sebuah kejujuran. Mencintai itu bukanlah untuk saling memusuhi.” 

“Hujan lebat sekali, cobalah lihat ke jendela. Cobalah untuk menghitung berapa banyak rintikan air berjatuhan dari langit, sebanyak rintikan itulah aku yang selalu akan merindukanmu.”

“Seandainya aku ini bisa, aku selalu ingin menuliskan namamu di bintang. Supaya semua orang didunia ini tahu, kalau aku begitu sangat menyayangimu.” 

“Janganlah pernah menyayangin seperti bunga, karena bunga akan berguguran dikala musim akan berganti. Cintailah dia seperti air sungai yang selalu mengalir selamanya.”